Beranda | Artikel
Taubat dari Meninggalkan Shalat, Bagaimana Caranya? Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid #NasehatUlama
Selasa, 23 November 2021

Taubat dari Meninggalkan Shalat, Bagaimana Caranya? Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid #NasehatUlama

Orang-orang yang dulunya sering tidak shalat, kemudian tatkala mereka bertaubat kepada Allah, mereka menyesal dan menyadari kelalaian mereka, mereka berharap memiliki jalan keluar dari masalah ini. Menurut pandangan mayoritas ulama, mereka akan berkata, “Kalian harus bertaubat, dan harus mengqadha’ (mengganti) shalat yang kalian tinggalkan meski telah berlalu lama sekali.

Semisal, dengan shalat sekali lagi setiap selesai mendirikan suatu shalat. Kerjakan shalat subuh terkini dan satu shalat subuh lain sebagai ganti yang dulu. Kerjakan shalat zhuhur terkini dan satu shalat zhuhur lain sebagai ganti yang dulu. Lakukan itu hingga setara dengan hari-hari yang kamu lalui tanpa melakukan shalat.

Sedangkan para ulama yang berpendapat bahwa qadha’ shalat itu tidak diterima, mereka berdalil bahwa kamu sengaja meninggalkannya hingga terlewat dari waktunya. Sehingga shalat itu tidak diterima jika kamu mengerjakannya setelah waktunya terlewat. Para ulama itu akan mengatakan, “Bertaubatlah kepada Allah, dan perbanyaklah melakukan shalat sunnah! Semoga ketika kamu datang di hari kiamat dan amalanmu diperiksa.

Sedangkan amalan seorang hamba yang pertama dihisab yang berkaitan dengan dirinya dan Allah adalah shalat. Amal pertama yang dihisab yang berkaitan dengan hak Allah adalah shalat. Sedangkan yang berkaitan dengan sesama hamba adalah perkara darah (nyawa). Terdapat amalan prioritas dalam proses hisab di hari kiamat. Hak Allah yang pertama dihisab dari seorang hamba adalah shalat. Terdapat hak-hak Allah yang lain seperti zakat, puasa, dan haji. Ada juga amalan berkaitan dengan hak sesama hamba. Dan hak sesama hamba yang pertama dihisab dari seseorang adalah perkara darah (nyawa). Hak-hak sesama hamba yang lain seperti perkara harta, kehormatan, penghinaan, dan lainnya.

Adapun shalat, ketika amalan seorang hamba diperiksa pada hari kiamat lalu terdapat kekurangan pada shalatnya. Semisal, shalat wajib ini pada hari ini tidak dia kerjakan. Juga shalat ini, ini, dan ini. Maka Allah akan berfirman kepada para malaikat, Lihatlah, apakah hamba-Ku ini punya amalan shalat sunnah? Allah Maha Pengasih. Allah Maha Pengasih lagi Maha Pemurah. Sehingga Allah berfirman kepada para malaikat, Lihatlah, apakah hamba-Ku ini punya amalan shalat sunnah? Maka kekurangan pada shalat wajibnya ditutup dengan shalat sunnah yang ia kerjakan. Tentu kita tidak mengetahui satu shalat wajib setara dengan berapa shalat sunnah, sehingga dapat dikatakan, misalnya satu shalat wajib setara 70 shalat sunnah, atau setara dengan kurang atau lebih dari itu. Allahu a’lam.

Namun manfaat shalat sunnah adalah jika ada kekurangan pada shalat wajib, maka akan dilengkapi dan diganti dengan pahala shalat sunnah. Tentu pahala shalat sunnah berbeda. Salah satu manfaat shalat sunnah adalah melengkapi kekurangan shalat wajib. Salah satu manfaat shalat sunnah adalah melengkapi kekurangan shalat wajib. Para ulama ini akan berkata kepada orang yang bertaubat itu, “Kamu harus menyesali kesalahanmu dan bertekad untuk tidak mengulanginya, lalu menjaga shalat-shalat wajib yang akan datang, serta perbanyaklah mengerjakan shalat sunnah!”

================================================================================

الَّذِينَ فَوَّتُوْا صَلَوَاتٍ

عِنْدَمَا يَتُوبُونَ إِلَى اللهِ

وَيَنْدَمُوْنَ وَيُوْقِنُوْنَ بِالتَّفْرِيْطِ

يَتَمَنَّوْنَ أَنْ يَكُونَ هُنَاكَ حَلٌّ لَهُمْ

أَمَّا بِالنِّسْبَةِ لِجُمْهُورِ أَهْلِ الْعِلْمِ

سَيَقُولُونَ لَهُمْ عَلَيْكُمْ التَّوْبَةُ

وَعَلَيْكُم قَضَاءُ الصَّلَوَاتِ

وَلَوْ كَانَتْ مُدَّةً طَوِيلَةً

صَلِّ مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ صَلَاةً مَثَلًا

صَلِّ مَعَ الْفَجْرِ الْحَاضِرِ فَجْرًا مِمَّا مَضَى

وَصَلِّ مَعَ الظُّهْرِ الْحَاضِرِ ظُهْرًا عَمَّا مَضَى

حَتَّى تُنْهِيَ الْمُدَّةَ الَّتِي فَاتَتْكَ

بِلَا صَلَوَاتٍ

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ لَا تُقْبَلُ

أَنْتَ الْآنَ تَعَمَّدْتَ إِخْرَاجَ عَنْ وَقْتِهَا

فَلَا تُقْبَلُ مِنْكَ إِذَا أَدَّيْتَ بَعْدَ وَقْتِهَا

سَيَقُولُونَ لَهُ تُبْ إِلَى اللهِ

وَأَكْثِرْ مِنَ النَّوَافِلِ

لَعَلَّكَ إِذَا جِئْتَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

وَنُظِرَ فِي عَمَلِكَ

وَأَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ عَلَيْهِ الْعَبْدُ مِنْ عَمَلِهِ

الَّذِي بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ

الصَّلَاةُ

أَوَّلُ مُحَاسَبَةٍ فِي حُقُوقِ اللهِ الصَّلَاةُ

أَمَّا حُقُوقُ الْعِبَادِ الدِّمَاءُ

فِيهِ أَوْلَوِيَّاتٌ فِي الْقَضَاءِ الْحِسَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

حُقُوقُ اللهِ أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ عَلَيْهِ الْعَبْدُ الصَّلَاةُ

فِيهِ الزَّكَاةُ وَالصِّيَامُ وَالْحَجُّ

وَهُنَاك حُقُوقُ الْعِبَادِ

أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ عَلَيْهِ الْعَبْدُ مِنْ حُقُوقِ الْعِبَادِ الدِّمَاءُ

طَبْعًا فِيهِ الْأَمْوَالُ وَالْإِعْرَاضُ وَالشَّتَائِمُ وَإِلَى آخِرِهِ

الصَّلَاةُ إِذَا نُظِرَ فِي عَمَلِ الْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

وَوُجِدَ الْخَلَلُ فِي صَلَاتِهِ

أَنَّ هَذِهِ الصَّلَاةَ الْيَوْمَ الْفُلَانِيَّ الْفَرْضَ الْفُلَانِيَّ مَا أَدَّاهَا

وَهَذِهِ وَهَذِهِ وَهَذِهِ

يَقُولُ اللهُ لِمَلَائِكَتِهِ

اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟

يَعْنِي اللهُ رَحِيمٌ

اللهُ رَحِيمٌ وَكَرِيْمٌ

فَيَقُولُ اللهُ لِمَلَائِكَتِهِ

اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ؟

فَيَكُونُ جَبْرَ نَقْصِ الْفَرِيضَةِ مِنَ النَّوَافِلِ الَّتِي صَلَّاهَا

طَبْعًا مَا نَدْرِي الْفَرِيضَةَ الْوَاحِدَةَ كَمْ نَافِلَةً تَعْدِلُ

حَتَّى يُقَالَ وَاللهِ الْفَرِيضَةُ بِسَبْعِينَ نَافِلَةٍ أَوْ

بِأَقَلَّ أَوْ بِأَكْثَرَ اللهُ أَعْلَمُ

لَكِنْ فَائِدَةُ النَّوَافِلِ

أَنَّهُ لَوْ كَانَ هُنَاكَ تَفْرِيطٌ فِي الْفَرَائِضِ

تُقْضَى مِنْهَا يُتِمُّ التَّعْوِيضَ مِنْهَا

غَيْرَ أَجْرِ النَّوَافِلِ طَبْعًا

فَمِنْ فَوَائِدِ النَّوَافِلِ

تَعْوِيضُ نَقْصِ الْفَرَائِضِ

مِنْ فَوَائِدِ النَّوَافِلِ تَعْوِيضُ نَقْصِ الْفَرَائِضِ

فَسَيَقُولُونَ لِلتَّائِبِ

عَلَيْك النَّدَمُ

وَالْعَزْمُ عَلَى عَدَمِ الْعَوْدَةِ وَالْمُحَافَظَةُ عَلَى صَلَوَاتِكَ الْفَرَائِضِ القَادِمَةِ

وَأَكْثِرْ مِنَ النَّوَافِلِ

 


Artikel asli: https://nasehat.net/taubat-dari-meninggalkan-shalat-bagaimana-caranya-syaikh-muhammad-shalih-al-munajjid-nasehatulama/